Penrajin Bata Merah Butuh Perhatian Pemerintah

MAJALENGKA – Penrajin bata merah butuh perhatian pemerintah. Semakin maraknya bangunan yang menggunakan produk hebel (bata ringan) membuat penjualan bata merah sebagai bahan bangunan semakin berkurang. Kondisi tersebut membuat penrajin bata merah di Kabupaten Majalengka berharap adanya perhatian dari pemerintah.

Sepinya penjualan ini diungkapkan penrajin bata merah didaerah penghasil (sentra), seperti di Desa Baribis, Kasokandel, Jatimulya, Baribis, Panyingkiran dan Ligung. Salah seorang pengusaha bata merah Karjo ( 55 ) di Desa Baribis mengatakan, penjualan sudah mulai menurun sejak musim Covid – 19.

Pada saat itu kata Karjo, yang sudah menjadi pengrajin bata merah sejak 1994 pemasaran mengalami keterpurukan. “Saat musim Covid – 19 juga mengalami keterpurukan.Pemasaran bata merah juga lesu selama dua tahun,”ungkapnya, Senin (10/6/2024).

Kondisi sekarang kata Karjo juga tak jauh berbeda. Bahkan peminat bata merah makin turun setelah produk hebel memasuki pasar. Masyarakat bahkan lebih memilih hebel daripada bata merah.

“Padahal dari segi kekuatan bangunan, penggunaan hebel masih kalah kokoh dibandingkan yang menggunaka n bata merah,”ujarnya.

Penrajin bata merah lainnya Norman. Penrajin bata merah di Kasokandel ini mengatakan, selain menurunnya penjualan, pengrajin juga harus menanggung biaya produksi yang makin tinggi.  

Norman dan penrajin lainnya berharap kondisi yang dialami mendapat perhatian pemerintah. Diharapkan pemerintah dapat lebih bijak mempertimbangkan nasib para pengrajin bata merah yang semakin terjepit.

“Tolonglah, pemerintah membatasi keberadaan atau penjualan produk hebel di pasaran. Itu kan barangnya diproduksi oleh perusahaan besar, sedangkan kami bila tidak ada pesanan bata merah bisa-bisa tidak makan,”keluhnya.

Ia juga berharap Pemkab Majalengka dapat memberikan ruang bagi para pengrajin bata merah di daerah. Misalnya projek yang dibiayai pemerintah bisa mempergunakan bata merah lokal. (CM-04)