Musim Tanam, Petani Keluhkan Pupuk Bersubsidi
MAJALENGKA – Masuk musim tanam petani keluhkan pupuk bersubsidi. Memasuki musim tanam petani mulai mengeluh dalam pemenuhan kebutuhan pupuk bersubsidi. Petani di sejumlah daerah di Kabupaten Majalengka mengaku kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Pasalnya mereka tidak dapat membeli pupuk bersubsidi dalam jumlah yang dibutuhkan. Kalaupun tersedia, petani mengaku harus membayar lebih mahal karena membeli pupuk yang harganya tidak disubsidi oleh pemerintah.
Petani di Kecamatan Majalengka, Rayu mengatakan, dirinya memerlukan dua kwintal pupuk tanaman padinya di awal musim tanam sekarang. Dengan bekal kartu tani dirinya datang ke kios untuk membeli pupuk dalam jumlah yang dibutuhkan.
Sayangnya jumlah yang ia dapat tak sesuai yang diperlukan. Pasalnya kios penyalur menyebut pupuk tidak tersedia dengan alasan kuota pupuk telah habis. “Yang tidak bersubsidi ada,tapi harganya sangat mahal,lebih dari dua kali lipat dari harga yang subsidi,”ungkapnya, Minggu (24/12/2023).
Untuk diketahui sesuai Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) Nomor 734 Tahun 2022, pada 2023 HET pupuk bersubsidi dipatok masing-masing senilai Rp2.250,00 per kilogram untuk urea. Kemudian Rp2.300,00 per kilogram untuk pupuk NPK.
Senada diungkapkan petani lainya. Mereka mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan pupuk tanaman padinya. Sehingga terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya jauh lebih tinggi. “Tetap saja,kalau sudah musim tanam seperti sekarang,cari pupuk susah,”ungkap Ook,petani di Desa Cibodas ,Kecamatan Majalengka.
Menurutnya petani terpaksa harus membeli pupuk non subsidi karena kouta pupuk bersubsidi yang terbatas. Ia mencontohkan, misalnya pupuk yang dibutuhkan empat kwintal, hanya setengahnya yang bisa menggunakan pupuk bersubsidi. Sisanya menggunakan pupuk non subsidi. “Mau gimana lagi,kan tidak mungkin hanya separuh tanaman yang dipupuk,”ujarnya.
IKLAN
Seperti halnya Ook, hal yang sama diungkapkan petani di daerah lainnya. Mereka mengeluhkan jatah pupuk bersubsidi yang jumlahnya tak sesuai dengan yang diperlukan. Petani mengaku tidak memiliki pilihan selain terpaksa membeli pupuk non subsidi.
“Bukan tidak ada,tapi susah untuk membelinya, jumlahnya juga tidak mencukupi, ya terpaksa membeli pupuk non subsudi,” kata Nana petani lainya. (CM-02)